Quantcast
Channel: School Review – Mommies Daily
Viewing all 397 articles
Browse latest View live

Tak Hanya Sekedar Les Tari

$
0
0

IMG_20141101_124541Sudah sekitar dua bulan ini, saya masukkan Nadira ke sebuah sanggar tari tradisional di Jakarta Timur. Bahkan, akhir pekan lalu, ia tampil di sebuah acara di sebuah mall bersama teman-temannya, menarikan tarian Kupu-kupu asal Jawa Tengah.

Selama itu, saya melihat dia senang sekali dengan aktivitas barunya ini. Dia tak pernah mau bolos latihan sekalipun. Setiap hari, ia juga tak bosan-bosannya berlatih sendiri di rumah. Saya pun jadi lega, berarti keputusan saya sudah tepat.

Saya memang sengaja memasukkan Nadira ke sanggar tari tradisional dengan berbagai alasan. Di antaranya adalah sebagai berikut:

  1. Sesuai minat anak

Sejak kecil, Nadira suka menyanyi dan menari meniru gerakan di video klip lagu anak-anak yang saya putarkan. Waktu itu, saya menganggapnya wajar karena memang rata-rata anak sebayanya gemar melakukan itu.

Saat ia masuk playgroup, di sekolahnya ada latihan menari jelang kenaikan kelas. Yang membuat saya kaget, gurunya melaporkan bahwa Nadira cepat hafal dengan gerakan-gerakan yang diajarkan oleh pelatihnya.

“Akhirnya kami menyuruh teman-temannya untuk melihat Nadira sebagai contoh karena dia yang paling hafal semua gerakan tari,” kata gurunya.

Saya terkejut sekaligus bangga. Soalnya saya benar-benar nggak mengira, lho. Dan benar saja, saat pentas kenaikan kelas, Nadira bisa menari dengan baik dan benar.

Lalu, keluarga kami pernah berkunjung ke Desa Wisata Cinangneng, Bogor. Di situ, ada pelajaran singkat tari Jaipong yang bisa diikuti Nadira dengan baik. Padahal dia baru pertama kali melihat tari Jaipong di situ.

Saya pun langsung semangat mencarikan sanggar tari untuknya. Setelah berkali-kali mencari, Alhamdulillah ketemu yang dekat dengan rumah.

  1. Melatih rasa percaya diri

Meski suka menari dan menyanyi, rasa pede Nadira masih minim. Dia hanya berani beraksi di depan keluarga dekat dan orang-orang yang membuatnya nyaman saja. Begitu ketemu orang baru, semangatnya pasti langsung kempis.

Bahkan di sekolah, saking minim pede dan mudah nervous, Nadira hanya mampu menyelesaikan soal-soal latihan sederhana jika berada di dekat guru kelasnya. Jika gurunya diganti , ia akan berkeringat dingin, dan hasil soalnya akan berantakan.

Saat saya berkonsultasi dengan gurunya, ia menyarankan agar Nadira diberi kegiatan tambahan untuk melatih rasa pede. Saya langsung teringat rencana kursus tari tradisional yang sudah saya agendakan sejak beberapa saat sebelumnya. Apalagi sanggarnya ini cukup sering mengajak anak murid untuk tampil di berbagai pentas maupun acara di televisi.

Benar saja. Waktu tampil kemarin, Nadira bisa menguasai diri, dan tampil dengan baik. Padahal saya sendiri nervous luar biasa, mengingat acaranya digelar di tengah mall yang super crowded dengan penonton yang tidak dikenal. Saya khawatir Nadira tiba-tiba ngambek tampil dan menangis. Untung semuanya bisa berjalan lancar. Mudah-mudahan bisa pede terus ya, Nak!

Ada hal lain yang menjadi alasan saya mengkhususkan pemilihan pada tari daerah. Simak di halaman selanjutnya, ya.

The post Tak Hanya Sekedar Les Tari appeared first on Mommies Daily.


Kenapa Montessori?

$
0
0

Akhir-akhir ini, saya kembali merasakan antuasiasme yang meletup-letup terhadap metode pendidikan montessori. Sebelumnya, kesan yang saya dapat dari kata montessori adalah metode pendidikan yang banyak dipakai di preschool namun saya tidak tahu seperti apa dan bagaimana; saya malah sempat mengira montessori terkait dengan agama tertentu. Padahal faktanya melenceng sekali dari itu.

Pertama kali saya tahu tentang montessori secara mendalam adalah setelah membaca buku “Membesarkan Anak Hebat dengan Metode Montessori.” Kebetulan, kini anak saya bersekolah di tempat yang menerapkan kurikulum montessori. Ketika mengobrol dengan wakil kepala sekolah seputar metode montessori, saya jadi diingatkan lagi tentang apa dan bagaimana montessori; it’s only predictable kalau efek dari membaca buku yang saya sebutkan tadi kembali terulang: saya terpikat dan jatuh cinta all over again pada metode ini.

Sebenarnya apa dan bagaimana, sih, montessori itu? Metode ini diciptakan oleh Dr. Maria Montessori (1870-1952), seorang pendidik dan physician dari Italia yang memang mencurahkan usaha untuk mengembangkan filosofi pendidikan yang paling efektif untuk anak-anak. Di buku yang saya sebut tadi, dijelaskan bagaimana awalnya Dr. Maria Montessori memperhatikan bahwa anak umur 3-4 tahun senang mempelajari keterampilan hidup sehari-hari, seperti merawat kebersihan lingkungan sekolah, menyiapkan makanan, dan mengurus dirinya sendiri. Nah, ketika anak-anak diajak melakukan hal-hal kecil yang berkaitan dengan keterampilan hidup, anak-anak merasakan harga dirinya meningkat. Singkatnya, untuk membesarkan anak yang percaya diri, kita perlu membuatnya mandiri.

Filosofi montesori berdiri di atas keyakinan bahwa pendidikan harus berjalan paralel dengan kondisi unik masing-masing anak. Montessori menghormati anak dengan menerima mereka sebagaimana kekuatannya, minatnya, kebutuhannya, maupun gaya belajarnya. Dengan demikian, metode ini memandang anak sebagai entitas yang unik dan menjadikan value “respect” sebagai landasan untuk mendidik.

Kebetulan, beberapa hari lalu, sekolah anak saya mengadakan seminar – tentunya seputar montessori – yang membahas dua karakteristik utama anak berusia di bawah 6 tahun, yang terdiri dari absorbent mind dan sensitive period.

Apa saja maksud dari 2 poin tersebut? Simak di halaman selanjutnya.

The post Kenapa Montessori? appeared first on Mommies Daily.

Berwirausaha Sejak Remaja

$
0
0

Mommies sering dengar kan sekolah bisnis atau wirausaha di tingkat mahasiswa? Nah, program yang baru saya ketahui ini, sudah memberi pelatihan wirausaha sejak tingkat sekolah menengah lho. Bukan sekedar teori, tapi benar-benar bikin perusahaan!

Jadi ini adalah salah satu program CSR-nya bank Permata, yang diberi nama Permata Student Entrepreneurship Porgram. Ada lebih dari 300 siswa SMA dan SMK dari 13 sekolah di Jabodetabek yang terdaftar mengikuti kegiatan ini. Para siswa-siswi kelas 10/11 (usianya baru 14-15 tahun lho!) ini menerima pendidikan dan pelatihan di bidang kewirausahaan (meliputi bisnis, kewirausahaan, dan kurikulum ekonomi/literasi keuangan) dan akan terjun langsung ke dalam dunia usaha sebagai pengelola sebuah perusahaan selama sembilan bulan.

student permataKomunikasi visual sebuah produk yang dihasilkan oleh salah satu Student Company

Bukannya udah banyak ya kegiatan voluntary semacam ini, yang memberikan kelas-kelas dunia kerja pada anak sekolah?

Nah, program ini beda banget! Jadi siswa yang terlibat, akan dilatih secara intens oleh relawan-relawan dari karyawan bank Permata, juga stakeholder lain salah satunya dari nasabah perusahaan, seperti Astra Internasional. Setelah persiapan selama beberapa bulan, mereka yang siap akan membentuk kelompok per sekolah, yang akan mendirikan sebuah start-up company.

Seperti yang sudah berjalan di tahun sebelumnya, perusahaan baru ini akan memproduksi produk yang akan dijual, seperti produk bath & body berlabel ‘Dahayu’ dari SMK Farmasi. Perusahaan ini benar-benar mempunyai struktur seperti perusahaan pada umumnya, seperti CEO, VP finance, VP Marketing, VP Production, dan sebagainya. Mereka mendapatkan bantuan modal dari bank Permata, untuk membuat produk yang akan dijual.

Dalam prosesnya, mereka akan selalu berkonsultasi dengan pejabat yang terkait di bank Permata. Jadi benar-benar mentoring dari ahlinya. Menjelang akhir program, mereka akan diberi fasilitas ruang publik untuk memamerkan dan menjual produknya, sekaligus sebagai ajang kompetisi antar Student Company.

Jadi program ini memang bertujuan untuk mendekatkan jarak antara dunia pendidikan (terutama kejuruan) dengan dunia kerja. Para siswa benar-benar mengalami secara riil, apa yang akan mereka hadapi nanti saat menjadi entrepreneur.

1-IMG_8965Lucy Wirjono, salah satu entrepreneurship yang inspiratif, juga ikut aktif dalam program ini

1-IMG20141118008

Saat mengikuti salah satu sesi kelas, saya melihat sendiri antusiasme siswa dalam ‘mengobrak-abrik’ materi Public Relation yang dibawakan secara kreatif oleh relawan bank Permata. Rasanya mereka seperti sedang dalam masa orientasi kerja, bukan sedang mendapat materi pelajaran seperti biasanya.

Saya mengerti betul bagaimana program semacam ini bisa menjadi sebuah inspirasi luar biasa yang tidak akan dilupakan oleh anak-anak sekolah. Seperti saat di bangku SMP dulu, saya masih ingat sekali saat mengunjungi sebuah workshop dan langsung ikut bekerja di dalamnya. Rasa kagumnya tidak hilang sampai sekarang.

Semoga program semacam ini bisa dicontoh oleh banyak perusahaan besar lainnya, sehingga makin banyak pelajar dan sekolah yang bisa memperoleh pengalaman berharga semacam ini, ya!

The post Berwirausaha Sejak Remaja appeared first on Mommies Daily.

Sekolah Alam Katulampa, Belajar Lewat Alam

$
0
0

Pada 5 s.d.6 Maret 2014 lalu bertempat di Rumah Perubahan milik Rhenald Kasali, Bekasi, para pengelola sekolah alam seluruh Indonesia berkumpul dalam tajuk sarasehan pengelola sekolah alam. Acara yang digagas jaringan sekolah alam nusantara merupakan kali pertama digelar untuk menghimpun pengelola sekolah alam yang tersebar di nusantara sekaligus membahas perkembangan sekaligus problematika yang dihadapi sekolah alam nusantara.

Semenjak marak dikenalkan oleh penggagasnya Lendonovo pada awal tahun 2000, sekolah alam terus berkembang pesat. Kehadirannya telah menarik perhatian sebagai alternatif pengembangan pendidikan. Lendonovo dalam bukunya Novobiografi (2008) menyebutkan dari survei dan penelitiannya yang dilakukannya terdapat tiga hal pokok yang selalu ada pada sekolah yang berkualitas yaitu guru yang berkualitas, metode yang tepat dan buku berkualitas dengan jumlah yang memadai.

Saat ini telah ada puluhan sekolah alam tersebar di penjuru negeri. Hal ini menunjukkan respon positif masyarakat akan sekolah alam itu sendiri. Sekaligus memberikan angin segar bagi perkembangan sekolah-sekolah yang menempatkan alam sebagai media sekaligus sumber belajar. Salah satu dari sekian banyak sekolah alam yang mulai dikenal adalah Sekolah Alam (Salam) Katulampa.

Di sinilah kali pertama saya titipkan pendidikan anak saya.
Sebagai sekolah yang baru genap berusia dua tahun ini, Salam Katulampa merupakan institusi pendidikan prasekolah yang memberikan alternatif dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) di kota Bogor. Berlokasi di Bogor Timur, tepatnya di Jalan Bendung Katulampa No. 45, Salam Katulampa menawarkan keunikan bersekolah di kawasan agrowisata Kampoeng Air Katulampa.

IMG_5234

Sekolah yang berdiri di atas lahan hampir 1,5 hektar ini memberikan pengalaman tersendiri bagi anak saya dengan berjuta petualangan dan kesenangan belajar. Dengan didukung lokasi yang terhampar dengan pemandangan alam pedesaan yang dihiasi pohon-pohon buah nan rindang, danau kecil dengan pelbagai wahana permainan outbound menjadikan Salam Katulampa rumah bermain dan belajar bagi anak-anak.

Banyak kelebihan yang ditawarkan sekolah ini, mulai dari biaya pendidikan yang relatif terjangkau, kegiatan outing yang seru seperti main arung jeram, flying fox, perahu canoe di danau, camping dan berbagai kegiatan outbound lainnya, rasanya hanya bisa dilakukan di Salam Katulampa. Tak kalah serunya, anak-anak juga bisa menikmati keindahan agrowisata Kampoeng Air Katulampa. Anak saya bisa belajar memelihara ikan, memancing, hingga menikmati hidangan ikan. Mereka pun bisa mencicipi nikmatnya buah durian di kebun durian di area sekolah kala musim durian tiba. Tidak hanya di situ saja, para petualang cilik Salam Katulampa juga dilibatkan pada kegiatan sosial berbagi seperti bersama anak yatim dan kunjungan-kunjungan edukatif seperti berkunjung ke museum, kantor pos, dan tim SAR.

Sekolah Alam Katulampa menyebarkan model pembelajaran yang memberikan ruang gerak bagi anak usia prasekolah untuk berekspresi seluas-luasnya dengan media alam. Bersama model pembelajaran tematik, pendidikan berkarakter dibangun agar kelak anak memiliki jiwa kepemimpinan, mandiri, kreatif serta berakhlak mulia.

Menurut Poedjati dalam Maryati (2013) salah satu cara yang memudahkan anak dalam belajar adalah mengaitkan mata pelajaran dengan berbagai masalah aktual yang ada di lingkungan anak. Dalam konteks pendidikan usia dini di Salam Katulampa, anak-anak belajar sambil bermain dengan menempatkan objek pembelajarannya adalah alam.

Kegiatan Sekolah Alam Katulampa di atas pada dasarnya sejalan dengan program pemerintah ke depan. Pemerintah saat ini telah menyiapkan program wajib belajar umur 4-6 tahun. Program ini rencananya dimulai pada tahun 2020 untuk meningkatkan partisipasi anak usia dini. Saat ini tercatat 23.516 desa yang belum memiliki layanan pendidikan usia dini (Kompas, 14/3). Pemerintah melalui program wajar ini, berupaya mengembangkan PAUD holistik dan integratif bertujuan terpenuhinya kebutuhan anak atas pendidikan, kesehatan, pengembangan potensi dini.

Saat ini, Sekolah Alam Katulampa mulai membuka penerimaan siswa baru. Untuk lebih lengkapnya, silakan cek situs mereka di sekolahalam-katuampa ya!

The post Sekolah Alam Katulampa, Belajar Lewat Alam appeared first on Mommies Daily.

Sudah Pernah Mengecek Toilet di Sekolah Anak?

$
0
0

Toilet di rumah bisa kita jaga kebersihannya. Anak-anak teledor atau malas menyiram toilet sampai bersih, bisa kita tegur, bahkan diberi konsekuensi untuk sekalian menyikat sampai kinclong. Tapi toilet di tempat umum? Di sekolah? Pernahkah Mommies mengecek toilet di sekolah anak-anak?

Menurut Ibu Naning Adiwoso sebagai Ketua Umum Asosiasi Toilet Indonesia kondisi umum toilet sekolah di Indonesia – bahkan yang berada di perkotaan sekalipun – banyak yang masih tergolong jauh dari ideal. Kondisi ini selain menimbulkan dampak kesehatan, juga psikologis, lho. Dari murid yang mengaku sakit supaya bisa pulang demi BAB di rumah, murid yang malas ke sekolah karena takut dengan toilet sekolah (takut kalau sampai harus pakai toilet kalau mau BAB/BAK), sampai murid perempuan usia SMP yang setiap bulan absen beberapa hari karena menstruasi dan tidak ada tempat untuk mengganti dan membuang pembalut di sekolah.

Kalau dampak kesehatan, sih, sudah jelas, ya. Toilet yang kotor dan sanitasi yang kurang baik berkaitan langsung dengan timbulnya penyakit-penyakit pencernaan seperti muntaber, cacingan, dan tipus, bahkan Hepatitis A.

public-restrooms*Gambar dari sini

Masalah yang ditemui di toilet sekolah nggak cuma kotor, tapi juga:

  • Rasio jumlah toilet tidak sesuai dengan jumlah murid di sekolah. 

Idealnya untuk SD 1:25, SMP 1:60, dan untuk SMU boleh kurang dari 1:60 karena makin dewasa kandung kemih anak makin mampu menampung lebih banyak urine.

  • Tidak tersedianya air bersih dalam jumlah yang cukup di dalam bak air. 

Kadang bak air sudah ada, tapi airnya cuma sedikit dan kran tidak menyala.

  • Jamban atau kloset yang tidak bersih, berbau, dan dapat dijamah oleh serangga. 

Tidak ada petugas kebersihan yang dipekerjakan khusus. Atau seperti di beberapa sekolah, toilet murid terpisah dengan toilet guru sehingga toilet murid kurang terpantau, tidak menjadi prioritas petugas kebersihan, sementara toilet guru selalu terjaga.

  • Tidak adanya tempat cuci tangan yang memadai.

Tidak ada wastafel, atau minimal sabun cuci tangan dan kran mengalir.

  • Ventilasi dan pencahayaan toilet yang masih kurang, pintu yang tidak berfungsi sempurna. 

Lampu dibiarkan redup dan tidak ada bukaan ventilasi untuk pergantian udara. Selain berisiko kesehatan, pintu rusak dan lampu yang redup atau kadang malah mati dan tidak diganti rawan kejahatan.

  • Belum tercukupinya fasilitas pendukung kebersihan toilet. 

Tidak tersedianya sikat dan cairan pembersih yang memadai, seperti pembersih toilet yang mampu membunuh kuman dengan maksimal.

”Gerakan Toilet Higienis” Domestos.

The post Sudah Pernah Mengecek Toilet di Sekolah Anak? appeared first on Mommies Daily.

Mengintip Sekolah Cikal Serpong

$
0
0

1-IMG20141115003 3-IMG20141115019

Menyongsong tahun ajaran baru, buat Mommies yang anaknya akan masuk sekolah dasar, pasti dari jauh-jauh hari -bulan malah- akan sibuk ‘belanja’ sekolah baru. Belanja sekolah ini sebenarnya dilakukan di setiap tahap pendidikan anak sih, tapi… untuk sekolah dasar pasti paling spesial deh, betul kan?

Kita percaya bahwa Sekolah Dasar adalah tempatnya menanamkan ‘fondasi’ kognitif dan karakter anak, selain yang utama tentu saja, di dalam keluarga. Di SD anak akan menghabiskan masa sekolah terpanjang, 6 tahun. Dan banyak juga dari kita yang percaya, bahwa masa sekolah dasar harus diisi dengan sebanyak-banyaknya pengembangan karakter anak, dibanding aspek kognitifnya.

Oke, kembali ke belanja sekolah (ingat kan dulu waktu kita masih ‘belanja tempat bersalin’, hehehe..). Saya pernah membaca di sebuah artikel yang sangat bagus, bahwa orangtua pasti akan memperhatikan, menanyakan kurikulum seperti apa yang diterapkan di sekolah tersebut. Metode belajar di kelas, dan seputar aspek akademik. Padahal yang tidak kalah penting, apalagi untuk tahap SD, adalah intangible curriculum-nya. Kurikulum yang ‘tidak tertulis’ ini adalah bagaimana budaya belajar di sekolah tersebut, atmosfer sekolah yang akan tercermin dalam sikap dan perilaku semua orang yang terlibat di dalam sekolah, dan nilai-nilai lain yang bisa kita amati dari lingkungan sekolah.

Pertengahan bulan lalu saya datang di open house Sekolah Cikal yang baru, di Serpong. Lokasinya di Jl. Ciater Rawa Mekarjaya, Serpong yang kebetulan lumayan dekat dari rumah saya. Salah satu yang membuat Cikal istimewa, adalah visi membentuk ‘lifelong learners‘, bukan saja untuk anak didik, tetapi seluruh komponen di sekolah Cikal, pengurus sekolah, staf, guru, murid bahkan orangtua siswa didorong untuk menjadi lifelong learners.

Apa sih lifelong learners ini? Simak di halaman selanjutnya, ya.

The post Mengintip Sekolah Cikal Serpong appeared first on Mommies Daily.

5 Cara Belajar Yang Menyenangkan

$
0
0

Siapa yang anaknya duduk di kelas 1 SD dan mau atau sedang menghadapi UAS alias final exam? Saya ngacung tinggi nih, cari teman. Haha.

Senin depan, Langit bakal menghadapi UAS. Berkaca pada kebiasaan belajar saya waktu sekolah, wah amburadul. Haha. Kebetulan Mama dan Papa saya santai. Mereka bukan tipe orangtua yang menuntut anak-anaknya berprestasi di sekolah. Jadi sistem belajar kami pun serba santai, nggak ada jadwal belajar tiap hari, nggak wajib les, dan sebagainya. Belajarnya kapan? Ya kalau mau ulangan saja. Haha. Alhamdulillah sih, anak-anaknya nggak jeblok-jeblok amat nilai-nilai sekolahnya. Bahkan saya dan kakak saya cukup sering jadi langganan juara kelas.

Karena dibesarkan dengan orangtua yang santai untuk urusan akademis tapi hasilnya kami ini nggak jelek-jelek amat prestasinya, saya pun meniru mereka tentu dengan perbaikan sana sini, ya. Langit nggak punya jadwal belajar yang tetap dan saya nggak mendaftarkan Langit di kursus manapun. Lagian menurut saya, anak umur 6 tahun sudah belajar full di sekolah, eh di rumah belajar juga? Kapan dia mainnya? Otak mereka kan harus dibikin bahagia supaya aneka informasi bisa terserap sempurna.

2014-10-28 20.43.47Belajar santai ala Langit

Walaupun sudah paham alibi tersebut, tapi begitu mau UAS ini, kok tiba-tiba saya deg-degan? Haha.

Melihat anak saya  yang kemarin masih ditimang-timang, tidurnya masih peluk-pelukan, masih mau digendong sama saya atau bapaknya, kok sekarang ulangan sih? #lebay

Kayanya dunia dia sudah serius sekali sekarang :’)

*concern-nya lebih karena itu bukan masalah nilai. Haha*

Apalagi banyak teman yang anaknya seusia Langit pada serius-serius banget menghadapi UAS. Memajang nilai anaknya ulangan, mengikutsertakan anak-anaknya les ina itu, memiliki jadwal belajar yang tetap, memiliki peraturan misalnya nggak boleh main kalau PR belum selesai (lah saya, Langit besoknya ada PR malamnya malah diajak nonton Disney Live!).

I’m a #failedMom :(

Walau demikian, ada beberapa cara belajar  yang saya anggap efektif untuk Langit. Lihat di halaman selanjutnya, deh!

The post 5 Cara Belajar Yang Menyenangkan appeared first on Mommies Daily.

Membahas Masalah Sekolah di Acara #MDLunch

$
0
0

Wiiiih….nggak berasa banget, ya, tau-tau sekarang sudah akhir tahun aja. Sudah siap-siap buat liburan keluarga belum , nih? Atau di antara Mommies justru lagi pusing mikirin persiapan sekolah anak? Biasanya, kan, akhir tahun seperti sekarang ini kita sudah mulai repot nyari sekolah, ya.

Kemarin Manda cerita kalau anak sulungnya Igo, baru saja trial di Sekolah Gemala Ananda. Walaupun mengaku sempat deg-degan takut Igo nggak diterima, tapi Manda bersyukur karena proses trial yang berlangsung seharian bisa dilewati Igo dengan lancar. “Feeling gue, sih, Igo bisa masuk, nih. Doain juga, ya…” begitu kata Manda.

Kalau ngomongin sekolah anak, khususnya untuk tingkat Sekolah Dasar memang bikin pusing, ya. Soalnya, di tingkat SD ini bisa dibilang masa krusialnya anak-anak. Di mana mereka memang harus mendapatkan banyak bimbingan yang tepat sehingga ke depannya punya pondasi yang kuat, terlebih soal pengembangan karakternya. Kebayang nggak, kalau sekolah yang kita pilih nggak tepat? Anak nggak enjoy di sekolah? Nggak heran ya, kalau kita memang perlu ‘belanja’ sekolah untuk mengumpulkan informasi untuk tau sekolah yang tepat untuk anak itu seperti apa.

Dan ternyata, saat memilih sekolah idaman untuk anak, si kecil juga harus dilipatkan, lho. Jangan sampai kita saja yang merasa sreg dengan sekolahnya. Yang menjalani sekolah itu kan anak, bukan kita. Jadi si anak kita kita pun harus merasakan hal serupa.

IMG_0569Bulan lalu, #MDLunch sempat membahas masalah seputar sekolah. Mulai dari menentukan sekolah yang baik dan tepat untuk anak, sampai  permasalahan yang sering dihadapi anak saat sekolah. Misalnya, bagaimana mereka bersikap, bagaimana cara anak-anak bersosialisasi, termasuk masalah bullying. Waktu itu, Ibu Delfi, Direktur Pendidikan Al-Fajri Bekasi banyak mentransfer ilmunya dengan sharing soal bagaimana memilih sekolah. Sekedar informasi, Ibu Delfie ini juga punya latar belakang di dunia psikologi.

Pertama kali ngobrol Bu Delfie lansung berpesan saat memilih sekolah untuk anak, yang paling digaris bawahi adalah kita sebagai orangtua harus ingat kalau tujuan sekolah itu sebenarnya untuk belajar keterampilan menghadapi hidup. Bukan untuk jadi juara dan menang kompetisi ini dan itu. Memang, sih, kalau anak berprestasi kita pasti akan bangga. Tapi, bukan berarti anak di-push untuk mendapatkan nilai yang tinggi.

Lalu, apa lagi sih yang harus kita perhatikan? Rangkumannya ada di halaman selanjutnya, ya.

The post Membahas Masalah Sekolah di Acara #MDLunch appeared first on Mommies Daily.


TK Anak Alam, Sekolah Penuh Toleransi

$
0
0

Perkara cari sekolah anak itu emang bikin pusing, ya. Sebagai orangtua, kita tentu berharap bisa menyekolahkan anak di sekolah yang terbaik. Kriterianya, tentu balik lagi ke diri kita masing-masing. Nilai apa saja yang ingin kita tanamkan ke anak-anak? Kalau saya, berharap Bumi bisa sekolah di sekolah yang memiliki  kurikulum yang seimbang antara IQ dan EQ. Nggak cuma menomorsatukan pendidikan akademis.

Saya sih nggak akan bangga, ya, kalau anak saya bisa pintar dan juara tapi nggak diimbangi dengan kecerdasan emosional. Nggak mampu mengontrol emosinya, nggak peka dengan lingkungan sekitar, dan nggak mampu bertoleransi dengan orang lain. Makanya, saya senang sekali dengan sekolah-sekolah yang mengedepankan nilai seperti ini.

anakalamMungkin dalam hal ini TK Sekolah Alam bisa dijadikan salah satu contoh. Ada yang pernah mendengar TK Sekolah Alam di daerah  Pondok Cabe, Pamulang? Saya sendiri mengetahui sekolah ini dari salah satu teman dekat saya, Febria yang menyekolahkan puterinya di sana. Setiap ada kegiatan atau hal menarik yang baru saja dilewati putrinya, Janet, Febria selalu mengunduh foto-fotonya di Facebook. Dari foto-foto tersebut saya pun menilai kalau sekolah TK Sekolah Alam ini merupakan salah satu sekolah yang  memiliki kurikulum yang baik.

Seperti ibu kebanyakan, alasan pertama kenapa Febria memilih sekolah ini untuk puterinya juga karena jarak antara sekolah dan rumah yang dekat. “Alasan lainnya karena ada space untuk anak main dan toilet juga bersih. Selanjutnya, karena sekolah ini ada guru agama nasrani,” ujarnya.

Ya, walaupun murid-murid di sana mayoritas muslim dengan guru-guru berhijab semua, tapi basic-nya tetap sebagai sekolah umum yang memiliki nilai toleransinya kuat.  Febria bercerita kalau nilai positif yang pertama ia dapatkan adalah soal toleransi beragama.

“Dalam setahun ada dua perayaan nasrani selalu dirayakan,  yaitu Paskah dan Natal. Meskipun yang non muslim hanya dua atau tiga tapi tetap saja ada perayaan sederhana dan guru-gurunya pun mengucapkan selamat Paskah atau Natal. Sebelum masuk kelas saat anak-anak muslim berdoa bersama, anak-anak yang beragama nasrani juga diberikan waktu untuk berdoa bersama. Biasanya setelah doa muslim baru doa nasrani. Kalau Jumat, ada pelajaran agama nasrani sedangkan yang muslim belajar iqro atau mengaji.”

tkanakalam*Janet merayakan Natal bersama

Kedengarannya seru ya! Bagaimana dengan metode belajar plus biaya? Lihat di halaman selanjutnya, ya.

The post TK Anak Alam, Sekolah Penuh Toleransi appeared first on Mommies Daily.

Apple Tree School Buka Cabang di Bandung!

$
0
0

Setelah menyambut tahun baru, biasanya para Mommies saat ini mulai bingung memilihkan sekolah yang pas buat si kecil. Betul nggak? Buat para Mommies, khususnya yang berdomisili di Bandung, sudah tahu belum kalau Apple Tree kembali membuka cabang baru di bilangan Sukahaji, lho.

At

Ada yang pernah mendengar soal sekolah ini? Apple Tree sendiri adalah lembaga pendidikan yang khusus dibuat untuk balita-balita berumur 1.5 tahun sampai dengan umur 6 tahun, di mana anak-anak dididik dengan kualitas pendidikan bermutu dengan cara yang menyenangkan.

Kenapa menyenangkan, karena menurut pandangan saya sistem pengajaran berbeda dengan TK pada umumnya. Bisa dibilang, di sini lebih banyak mengajarkan anak-anak untuk praktik secara langsung dengan para ahlinya. Jadi, setiap bulan Apple Tree selalu mengangkat sebuah tema besar untuk dipelajari, misalnya akan mengulas tugas seorang polisi ataupun dokter. Nantinya, akan ada polisi ataupun dokter yang datang ke sekolah untuk bertemu bercerita. Umh, seru, ya?

Mulanya Apple Tree didirikan di Singapura oleh entrepreneur-entrepreneur yang menyadari pentingnya menaruh nilai moral dan nilai edukasi dari saat anak-anak tersebut masih kecil. Mereka percaya bahwa anak-anak ini pada dasarnya sudah mempunyai potensial yang baik untuk berkembang, namun tetap perlu mendapatkan bimbingan. Sehingga Apple Tree berusaha menjadi fasilitator untuk mendorong potensial anak-anak ini untuk melakukan yang terbaik sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Anak anak nggak cuma jadi pintar, tapi juga punya skill yang bisa mereka aplikasikan di kehidupan sehari-hari.

Lalu, apa lagi yang menarik dari Apple Tree School? Baca di laman berikut, yaa…

The post Apple Tree School Buka Cabang di Bandung! appeared first on Mommies Daily.

Sekolah Menara Harapan: Pantau Aktivitas Anak Lewat Internet

$
0
0

IMG_8170

Salah satu pertimbangan saat memasukkan anak ke sekolah pasti soal jarak, karena semakin jauh jarak maka secara fisik, energi si kecil akan lebih terkuras. Belum lagi di sekolah energi mereka sudah terkuras untuk belajar dan bermain, rasanya kurang bijak kalau memasukkan mereka ke sekolah yang jaraknya terlampau jauh dari rumah. Bagi Mommies yang tinggal di sekitaran Tangerang Selatan kami punya info sekolah untuk si kecil. Namanya Menara Harapan School yang didirikan sejak 2001.

Jenjang pendidikan yang tersedia di sana Nursery, Kindergarten, Elementary dan terakhir Junior High School. Dengan perbandingan murid dan guru yang seimbang “Setiap kelas dibatasi paling banyak hanya sampai 20 murid. Dimaksudkan agar interaksi antar siswa dan guru akan lebih efektif dan efisien. Secara keseluruhan hingga saat ini murid kami berjumlah 132. Dan hanya ada satu rombongan belajar, misalnya TK A, ya hanya ada satu TK A dan seterusnya.” tutur Agung Nugroho, S.Pd kepala sekolah Menara Harapan School.  

Ucapan Pak Agung terbukti saat saya berkunjung ke kelas Nursery dan Kindergarten, saya hitung jumlah muridnya tidak sampai 20 dengan dua guru yang mendampingi mereka. Saya kagum dengan keberanian mereka berinteraksi dengan saya , yang notabene datang sebagai tamu hari itu. Sapaan saya disambut dengan hangat oleh penghuni dua kelas tadi. Bahkan salah satu murid Nursery yang saya tanya tidak canggung menyebutkan nama dan umurnya – kesimpulan saya mereka diajarkan berani berinteraksi dengan sopan dan lugas dengan orang lain.

IMG_8078

O, iya di kelas Kindergarten yang saya datangi sedang ada native speaker-nya, mereka memang dilatih mengenal bahasa Inggris sejak dini. Selain itu di hari-hari tertentu diberlakukan tradisi berbicara menggunakan bahasa Inggris. Jadi tak sebatas mata pelajaran di kelas. “Di sini ada dua bahasa asing yang diajarkan Mandarin dan Inggris. Bahasa Inggris di sini bukan hanya sebagai media pembelajaran, tapi memang kita upayakan dengan serius. Ada sebuah kultur pemakaian Bahasa Inggris dalam keseharian. Karena kami percaya kemampuan bahasa asing itu adalah skill yang harus dilatih, karena semakin banyak dilatih mereka akan semakin mahir. Karena jika sudah di luar lingkungan sekolah, di rumah misalnya mereka belum tentu berbicara menggunakan bahasa Inggris.” Jelas Agung Nugroho.

Selanjutnya: Fasilitas dan keunggulan

The post Sekolah Menara Harapan: Pantau Aktivitas Anak Lewat Internet appeared first on Mommies Daily.

Belajar Lebih Seru Bersama Youtube

$
0
0

Pemakaian teknologi yang tepat ternyata bisa menjadi alat bantu untuk anak belajar dengan cara yang lebih menyenangkan. Dan, Youtube menyediakannya.

digital-learning

*Gambar dari sini

Dulu, saya sempat menganggap teknologi merupakan ‘musuh’ untuk kedua anak saya yang waktu itu berusia 5 dan 7 tahun. Khawatir kalau mereka akan menjadi korban dari cyber crime membuat saya sangat membatasi pemakaian smartphone ataupun tablet. Sampai suatu ketika saya menyadari jika saya, sebagai orangtua cukup jeli melihat dan memahami aturan mainnya, maka teknologi dapat menjadi ‘guru’ untuk kedua anak saya.

Semua berawal dari dimulainya kegemaran mereka terhadap film-film besutan Marvel. Mulai dari Thor, The Avengers, Spiderman sampai yang terbaru adalah The Avengers Age of Ultron. Kekaguman mereka akan tokoh-tokoh superhero membuat mereka mempraktikkan adegan-adegan laga yang ada di dalam film-film tersebut. Khawatir? Ya iyalah. Saya takut mereka akan kebablasan dan ujung-ujungnya malah akan menyakiti diri sendiri atau teman-temannya.

Menerangkan bahwa apa yang ada di film hanya pura-pura dan jangan dicontoh sudah seringkali saya lakukan. Tapi, yang namanya anak kecil, sangat sulit menerima penjelasan kalau tidak didukung dengan visual. Sampai satu hari, saya pun punya ide untuk memperlihatkan kepada mereka bagaimana behind the scene dari semua film yang mereka tonton. Caranya? Cari di Youtube.

Terbukti cara saya ini manjur. Saat mereka melihat ternyata adegan Spiderman berantem dengan manusia listrik hanyalah rekayasa, atau bahwa mobil-mobil yang saling bertabrakan sebenarnya hanyalah background hijau yang kemudian diubah dengan bantuan komputer, secara pelan namun pasti mereka pun mulai paham bahwa apa yang ada di film itu tidak nyata. Terbukti bahwa Youtube yang erat kaitannya dengan teknologi sekarang malah berbalik menjadi sumber pengetahuan untuk anak-anak saya belajar.

Dan, ternyata, saat saya menghadiri acara yang digagas oleh Google di akhir April 2015 lalu, Google juga memperlihatkan bahwa Youtube sukses mengumpulkan pengajar di Indonesia untuk mengubah ruang kelas menjadi ‘Kelas Global.”

Bagaimana caranya? Lanjutkan di halaman berikut ya

The post Belajar Lebih Seru Bersama Youtube appeared first on Mommies Daily.

3 Kantin Sekolah yang Sehat & Bersih (versi saya, si ibu yang cerewet)

$
0
0

Oleh: Saskia Elizabeth

Mungkin saya termasuk ibu-ibu yang lebay, tapi menurut saya, salah satu hal yang harus diperhatikan saat mencari sekolah, selain sistem pendidikan, biaya, dan lokasi, adalah kantin!

Foods-for-Kids1

 

*Gambar dari sini

Walaupun saya masih menyiapkan bekal untuk anak-anak setiap hari tapi yang namanya anak-anak (tidak usah anak, orangtua juga, sih!) pasti ada saatnya ingin membeli makanan, entah itu karena bekal makanannya tumpah, melihat temannya makan jadi mau juga, tidak suka bekal yang dibuat (padahal semalam si anak sendiri yang minta, kalau sudah begini gemas tapi anak tetap harus makan, kan?!). Dan, dalam kondisi seperti ini saya harus merasa yakin dengan kualitas makanan yang dibeli di kantin sekolah.

Syarat makanan versi saya adalah harus bersih, sehat dan natural (NO to : MSG, pengawet, gula berlebihan, jajanan kemasan dan pewarna makanan). Cerewet dan banyak aturan? Memang!  Saya percaya salah satu pendukung tubuh yang sehat itu makanan, jadi kalau saya sudah menjaga hal tersebut minimal saya sudah mengurangi risiko anak sakit. Dan lagi, apa yang anak makan akan berpengaruh pada performanya di sekolah. Anak yang mengonsumsi kadar gula tinggi dan MSG sudah pasti akan lebih hiperaktif sehingga mereka sulit konsentrasi pada waktu belajar.

Berikut beberapa kantin yang lolos screening saya, beberapa poin yang saya sebutkan merupakan alasan mengapa saya menyukai kantin mereka:

  1. Sekolah Cikal TB Simatupang
  • Terdiri dari dua bagian makanan, pertama makanan utama seperti nasi, pasta dan karbohidrat lainnya beserta lauk. Makanan fresh disajikan langsung dari dapur. Mereka sudah share menu mereka selama sebulan sehingga orangtua yang bingung mau menyiapkan bekal apalagi, bisa memilih di hari mana si anak dapat membeli makanan. Kalau diicip memang rasanya kadang-kadang agak hambar karena mereka mengatur kadar garam dan gulanya, juga tidak pakai MSG. Tapi anak-anak tampak happy saja menghabiskan makan siang mereka.
  • Kedua menyediakan makanan camilan seperti Siomay, Donat, Burger, Risol dan Kue-kue lainnya. Semuanya homemade.
  • Tidak menjual snacks dalam kemasan (Yeay!)
  • Tersedia tempat cuci tangan, tempat sampah yang dibagi atas organik dan non organik dan tempat penampungan piring kotor. Setiap anak diajarkan mandiri dengan membersihkan sendiri sisa makanan dan mengumpulkan piring kotor pada tempatnya.
  1. HighScope TB Simatupang
  • Untuk anak usia preschool dan TK disediakan snacks yang langsung dimasak dari dapur mereka dengan menu bervariasi setiap harinya (for free). Standar kesehatan terjamin no MSG, pengawet dan sebagainya.
  • Di kantin terdapat berbagai tenant yang menjual Bubur Ayam, Mie Ayam, Kebab, Chicken Teriyaki, Fruit Salad, Onion Rings, Fresh Juice dan banyak lagi yang dibuat langsung ditempat sehingga penyajian agak lama, namun terjamin kesegaran dan kebersihan makanannya!
  • Tidak menjual snacks dalam kemasan (yeay!)
  • Kantinnya cukup luas dan tersedia banyak meja dan kursi. Murid harus membersihkan piring makanan sendiri. Tersedia tempat cuci tangan dan tempat sampah yang terbagi atas organik dan non organik.
  1. Sekolah Pilar Indonesia, Cibubur
  • Hanya menjual makanan homemade Bakso yang sehat dan Fresh Juice pada break time pertama jam 9-10.30. Selebihnya mereka tidak menjual makanan apapun.
  • Karena tidak menjual banyak makanan mereka menyediakan catering yang dapat dipesan melalui sekolah, paket catering sudah termasuk untuk makan pagi dan siang.
  • Ada sisi positif dengan sistem ini, selain hemat uang jajan, juga mengajar anak disiplin tidak jajan dan menghabiskan makanan yang memang sudah tersedia, entah itu pesan dari catering sekolah atau bawa dari rumah. Jadi orangtua benar-benar harus menyiapkan dengan baik bekal makanan Anak. Sisi negatifnya kalau lupa bawa bekal makanan ya sudah jelas orangtua harus kembali ke sekolah mengantarkan makanan, karena kalau tidak si anak yang sekolah sampai siang akan gigit jari!

Screening ini saya lakukan karena anak-anak saya masih dalam usia preschool dan TK, masa (menurut saya) merupakan masa-masa penting untuk mengenalkan standar makanan sehat, jadi peran kantin cukup penting! Dengan tujuan, mudah-mudahan nanti apabila mereka masuk ke jenjang yang lebih tinggi mereka sudah memiliki kebiasaan makan yang baik dan tidak gampang tergoda untuk membeli camilan yang tidak sehat selain ‘cheat day’ mereka.

Bagaimana kantin di sekolah si kecil Anda? Mau berbagi cerita?

 

The post 3 Kantin Sekolah yang Sehat & Bersih (versi saya, si ibu yang cerewet) appeared first on Mommies Daily.

Kerennya Metode Pendidikan di Jepang

$
0
0

Pendidikan yang diterima oleh anak-anak pasti sedikit banyak akan membentuk karakter mereka kelak ketika tumbuh dewasa. Dan, kini saya paham mengapa bangsa Jepang memiliki banyak karakter positif.

Mommies tentu pernah mendengar tentang karakter bangsa Jepang yang sangat khas. Mereka dikenal sangat disiplin, pekerja keras, dan juga mandiri. Saya sendiri sangat terkesan oleh sikap rakyat Jepang ketika menghadapi gempa besar yang menyebabkan tsunami pada tahun 2011 lalu. Seperti banyak diangkat di artikel-artikel yang beredar saat itu, digambarkan bahwa meskipun sedang berada dalam kondisi terkena musibah, kedinginan, dan kelaparan, tapi sama sekali tidak terjadi penjarahan. Rakyatnya tetap mengantri ketika menerima bantuan, dan tidak terlihat sikap menangisi nasib atau memohon bantuan. Mereka tetap disiplin, tenggang rasa, sabar, dan yang paling ‘khas’ Jepang: tetap berjuang. Ini adalah wujud slogan “Gambaru” yang saya kenal dari komik.

Menurut saya, ini menunjukkan kualitas sistem pendidikan dan pengasuhan yang diterapkan di sana. Cara guru di Jepang membentuk kemandirian pada anak pernah diangkat oleh mommy Sekar W. Prasetya dalam artikelnya untuk Mommies Daily.

Kebetulan, beberapa waktu lalu orangtua murid di sekolah anak saya berinisiatif mengadakan seminar kecil-kecilan untuk membahas seperti apa sistem pendidikan dan pengasuhan di Jepang. Tak disangka, ternyata salah seorang narasumber yang diundang untuk seminar ini adalah Sekar W. Prasetya sendiri, yang kemudian kami sapa Miss Tya.

Gambar dari sini

Pada segmennya, Miss Tya menceritakan tentang metode pendidikan yang diterapkan kepada anak-anak usia preschool dan TK di Jepang. Selama di sana, anak-anak beliau dititipkan di daycare (hoikuen) dari jam 7 pagi sampai 7 malam. Dari situlah diperoleh insight tentang cara mengasuh a la Jepang yang ternyata mengandung banyak value positif.

Betapa “dimanjakannya” orangtua oleh pemerintah Jepang.

Para orangtua di Jepang dilimpahi banyak kemudahan dan insentif. Contohnya, ketika punya anak, orangtua akan mendapat semacam subsidi selaku orangtua baru, dengan nominal yang cukup besar.

Selain itu, sekolah negeri di sana semuanya gratis. Orangtua tidak perlu khawatir mencari sekolah, karena lokasi sekolah anak akan dicarikan yang dekat dari tempat tinggal. Orangtua juga tidak perlu pusing memilih sekolah, karena mutu sekolah di seluruh penjuru negeri itu setara. Lalu ketika anak akan dimasukkan ke daycare atau sekolah, orangtua hanya tinggal melapor ke kantor kelurahan yang akan mencarikan daycare atau sekolah mana yang ada ‘lowongan.’

Wujud privilege lain yang bisa dinikmati orangtua di antaranya cuti melahirkan selama 6 bulan. Bahkan juga ada cuti setengah hari khusus untuk menyaksikan performance anak di sekolah, lho! Bagaimana saya nggak takjub? Hal yang terkesan remeh begini saja difasilitasi oleh pemerintah Jepang! Mungkin remeh, tapi sangat memudahkan orangtua karena tidak perlu menghadapi dilema menghadiri acara anak versus urusan kantor.

Gambar dari sini

Value yang paling menonjol dari pola asuh dan didik Jepang adalah penekanan pada kemandirian.

Seperti diceritakan di artikel Mommies Daily tadi, anak usia 2 tahun diharapkan sudah bisa makan sendiri, lalu usia 3-4 tahun diharapkan sudah bisa mandi dan merapikan barang-barang pribadinya sendiri.Untuk yang satu ini, sekolah anak saya yang menerapkan metode montessori sudah membiasakan hal serupa.

Anak-anak dibiasakan untuk unpacking dan packing barang-barangnya sendiri selama di sekolah; mulai dari sepatu, sandal, snack box, baju ganti, sampai peralatan sholat. Serupa dengan di Jepang, anak-anak di sekolah montessori juga diajarkan kegiatan practical di dunia nyata seperti mencuci piring, tidying up after meal, serta menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Jadi, PR-nya bagi orangtua hanyalah bagaimana secara konsisten menanamkan sikap-sikap mandiri itu di luar sekolah, yang mana justru suka terlewat, hehehe.  Pada praktiknya, ketika anak membutuhkan waktu lama untuk makan sendiri, mudah bagi kita menukas “Sini mama suapin aja, deh!” Begitupun ketika anak mau memakai baju sendiri, sepatu sendiri, atau mau mandi sendiri, kita yang suka menyabotase usaha mereka belajar mandiri dengan alasan “nggak tega” atau (yang paling sering, nih) “nggak sabaran.”

Gambar dari sini

Sekolah di Jepang sangat memerhatikan asupan nutrisi.
Makanan yang disajikan untuk anak diukur hingga hitungan gram. Dalam penyajian makanan sehari-hari, porsi serat jauh lebih banyak dibandingkan unsur gizi yang lain. Untuk protein, orang Jepang banyak mengonsumsi protein nabati, daging putih dan ikan, sementara daging merah hanya dikasihk 2 kali per minggu.

Makanan ringan tetap ada, tapi dipilih yang “sehat” seperti kukusan atau rebusan, macam ubi jepang, zukini, atau kacang-kacangan. Berbeda dengan di sini, porsi nasi yang disajikan untuk anak sedikit (sementara saya suka galau kalau anak tidak menghabiskan nasinya).

Ada ‘trik’ tersendiri di sekolah Jepang supaya anak doyan sayur. Makanan untuk anak disajikan dalam cups atau mangkok-mangkok kecil, dipisahkan sesuai jenis makanannya. Ketika tiba saatnya makan besar, makanan yang dihidangkan pertama ke anak adalah SAYURAN. Jadi, ketika anak sedang lapar-laparnya setelah beraktivitas, pilihan pertama untuk dimakan, ya cuma sayur… Wajar ‘kan kalau sayur tersebut akan dimakan dengan lahap? Setelah itu, barulah jenis makanan yang lain menyusul.

Materi pengajaran sehari-hari di sekolah Jepang banyak diisi dengan musik dan olahraga.

Gambar dari sini

Porsi untuk kedua materi ini bahkan seimbang dengan materi yang menstimulasi kemampuan kognitif anak seperti mathlanguage, dan science. Orang Jepang percaya kalau otak perlu distimulasi secara seimbang. Miss Tya cerita kalau ekskul anak-anak di sana biasanya non-akademik, seperti les musik dan olahraga. Kursus akademik sifatnya cuma tambahan, dan anak hanya di-drill di materi tertentu yang memerlukan improvement.

Tapi, bukan berarti anak-anak TK di sana tidak diajarkan membaca, menulis, dan berhitung. Tetap diajarkan, tapi dengan cara yang menyenangkan dan sambil bermain sehingga anak tidak merasa sedang belajar. Bahkan di Jepang sana, anak-anak juga belajar aksara Kanji, loh, yang menurut Miss Tya njelimet, tapi ternyata bisa dipelajari oleh anak-anak  dan mereka nggak stres mempelajarinya.

Bagaimana cara guru di Jepang menyelesaikan konflik atau menangani kelakuan anak yang ‘salah?’

Miss Tya menceritakan ketika anaknya digigit oleh teman sekelasnya. Pertama-tama, seperti sudah sewajarnya, si guru meminta maaf, tapi corrective action-nya nggak berhenti di situ. Guru lalu memfasilitasi pertemuan antara Miss Tya dengan orangtua murid yang menggigit itu untuk menyusun langkah-langkah usaha oleh masing-masing pihak terkait masalah ini. Sampai beberapa bulan kemudian, guru anaknya masih akan mem-follow up, lho, dengan menanyakan kabar sekaligus tindakan yang udah diambil oleh para orangtua murid. Yang membuat (lagi-lagi) takjub, guru itu masih meminta maaf setelah berbulan-bulan kemudian.

Lalu, ketika anak berbuat salah dan dilihat guru, guru menanganinya dengan membuat anak sadar akan efek tindakannya terhadap orang lain. Jadi, guru tidak langsung menghakimi kesalahan, melainkan mengajak anak berpikir apa dampak dan konsekuensi dari tindakannya.

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh dua narasumber lain yang menceritakan tentang sistem pendidikan pada level SD dan SMP. Secara garis besar paparannya sama, yaitu orang Jepang sangat berpegang pada value, dan sistem pendidikannya adalah menstimulasi anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan.

Anak selalu di-encourage untuk bereksplorasi; contohnya di dalam kelas Matematika, guru akan menyuguhkan sebuah persoalan, tapi tidak mencekoki anak dengan cara menjawab atau bahkan jawabannya. Murid dibiarkan mencari cara sendiri untuk mendapatkan jawaban. Menurut saya, dari situ, setiap hasil pemikiran individu dihargai, begitupun prosesnya. Anak akan termotivasi dari dalam alih-alih termotivasi untuk dapat jawaban yang benar dan nilai 100 semata.

Gambar dari sini

Dari semua paparan itu, saya bisa menyimpulkan beberapa hal berikut:
– ‘Modal’ untuk membiasakan anak berlaku mandiri bukanlah rasa tega, tapi anak perlu dibiarkan, dibiarkan untuk mencoba, dibiarkan membuat kesalahan, dan karenanya, dibiarkan belajar.

- Kita juga perlu mempercayai proses. Miss Tya menceritakan anak-anak kecil di Jepang biasa berlari-lari tanpa sedikit-sedikit dilarang, atau ketika di playground, mereka dibiarkan main di monkey bar yang tinggi tanpa sedikit-sedikit diteriaki oleh orangtuanya.

– Nilai-nilai itu saya rasa bisa sukses ditanamkan karena didukung dengan sistem yang well-managed. Seperti di artikel tadi, dijelaskan bahwa anak usia mulai dari 6 tahun sudah bisa berangkat dan pergi ke sekolah sendiri. Padahal bukan berarti di Jepang tidak ada kriminalitas, tapi hal itu bisa terjadi karena
1) Infrastruktur transportasi umum yang sudah memadai,
2) Dibuat sistem yang memungkinkan itu terjadi, seperti dibuat kelompok jadi anak tidak pulang-pergi sendirian, lalu anak dilengkapi peluit tanda bahaya, juga ada relawan yang tugasnya menjaga area yang mungkin berbahaya buat anak-anak, seperti di pertigaan yang tidak ada lampu merahnya.

Saya sendiri semakin yakin akan pilihan menyekolahkan anak di sekolah berbasis montessori. Sistem pendidikan yang menstimulasi anak untuk belajar dengan cara yang menyenangkan mirip seperti yang diterapkan di sekolah montessori. Dan karena Montessori menstimulasi anak sesuai dengan masa pekanya, anak bisa bebas bereksplorasi tanpa digegas untuk mencapai milestone tertentu, ini mirip dengan penerapan di sekolah Jepang di mana anak selalu didukung bereksplorasi dan diajak menghargai proses.

Montessori juga tidak mengenal pemberian nilai, maupun bentuk-bentuk rewards and punishments. Pengkajian terhadap anak dibuat berdasarkan observasi guru dan catatan perkembangan anak, sehingga anak tidak didorong berkompetisi dengan orang lain, melainkan dengan dirinya sendiri.

NoteSpecial thanks untuk Alyah Ifa Amiruddin yang menggagas acara ini dan para narasumber yang sudah berbagi ilmu.

 

The post Kerennya Metode Pendidikan di Jepang appeared first on Mommies Daily.

Rumah Kepik, Sekolah Dengan Konsep Bermain, Belajar, Berteman

$
0
0

Bisa dibilang Rumah Kepik lebih banyak menerapkan diskusi dua arah antara guru dan muridnya. Banyak yang mengklaim kalau di Rumah Kepik ini menggunakan konsep active learning.

Siapa yang sedang bingung memilih taman kanak-kanak untuk si kecil? Memutuskan sekolah anak, memang bukan perkara mudah, ya. Bahkan untuk tahapan pertama seperti TK atau Play Group. Iya, kan?

Buat Mommies yang berdomisili di daerah Bekasi, ada yang pernah mendengar Rumah Kepik? Sekolah ini didirikan oleh Anastasia M. Cecilia, perempuan yang menamatkan pendidikannya di  University of Arkansas, Child Development Major.

Ibu dari Alvaro M. Gabriel (3 tahun) memang bisa dibilang sangat mencintai anak-anak, bahkan baginya anak-anak memberikan tantangan besar untuk hidupnya. Jadi nggak heran, kalau ia memang memiliki mimpi untuk membuat sekolah dengan konsep yang menyenangkan buat anak-anak.

Saya sendiri baru mengetahui tentang sekolah ini lewat cerita Fia, Managing Editor Mommies Daily. Fia memang mempercayakan pendidikan formal kedua anaknya di Rumah Kepik. Alasannnya tentu karena tidak terlepas dari konsep yang diterapkan Sekolah Kepik, di mana sejak kecil anak sudah diajarkan tentang kemandirian dengan cara yang fun.

RUMAH KEPIK-1

“Sistem pengajarannya juga yang jadi pertimbangan, sih. Gue kurang sreg dengan TK yang sudah menekankan pada akademis. Anak-anak batita ataupun balita itu kan dunianya masih bermain, ya, jadi memang mau cari sekolah yang sistem belajarnya yang fun. Selain itu halaman Sekolah Kepik ini luas. Anak j adi memiliki area bermain,” ujar Fia.  Apa yang dikatakan Fia, memang benar. Soalnya saya memang mendapatkan gambaran serupa ketika bertandang ke sana.

Anastasia M. Cecilia sendiri menjelaskan alasan di balik mengapa dirinya memilih nama Sekolah Kepik. “Memang, sih, ada kupu-kupu, dragon fly, ada ini dan itu, tapi saya memang ingin membuat sekolah yang berbau Indonesia. Saya melihat  banyak juga sekolah yang sepertinya kehilangan jati dirinya. Bukan bermaksud untuk mengecilkan sekolah lain, tapi kita kan memang di Indonesia, kenapa, sih, kita tidak menggunakan kata-kata Indonesia saja? Kata yang mudah dikenal anak-anak.”

RUMAH KEPIK - 2

RUMAH KEPIK-3

Selain itu, katanya, ia melihat bahwa hewan kepik merupakan hewan yang  senang bergerombol, dengan warna yang sangat beragam, hal inilah yang mengambarkan dunia anak-anak.  “Meskipun mereka senang bermain bersama-sama, tapi mereka punya ‘warna’ yang berbeda. Jadi dibuatlah sekolah ini dengan idealisme yang saya punya. Misalnya sekolahnya harus luas, karena anak-anak kan memang butuh ruang bermain. Biar bagaimana anak-anak itu kan butuh stimulasi.”

Pantas saja kalau memang suasana sekolah ini terlihat begitu hijau. Bangunan sekolahnya hanya sekitar 60% dari luas tanah, sementara untuk halamannya  mencapai 40%. Bangunan sekolah yang dibuat dengan jendela yang besar juga bukan tanpa alasan, di mana Tasia ingin menggunakan konsep go green sehingga cahaya matahari bisa mudah masuk. Pemakaian  AC pun bisa diminimalisir.

Seperti apa sistem pengajarannya? Baca dilaman selanjutnya, ya.

The post Rumah Kepik, Sekolah Dengan Konsep Bermain, Belajar, Berteman appeared first on Mommies Daily.


Trik Mengurangi “Drama” Anak Saat Kembali ke Sekolah

$
0
0

Ditulis oleh: Saskia Elizabeth

Libur panjang selesai, waktunya anak-anak kembali ke sekolah. Nah, bersiap deh dengan drama yang akan terjadi karena mereka sudah keasyikan libur.

PR terbesar bagi saya sehabis liburan panjang sekolah anak-anak adalah, mengembalikan ke rutinitas awal seperti sebelum liburan. Namanya juga liburan, saya biasanya memberikan banyak kelonggaran dari rutinitas sekolah, seperti tidur lebih malam dan bangun lebih siang, jam makan yang mundur karena banyak camilan di saat jalan-jalan, dapat berleha-leha nonton film sepanjang hari tanpa batasan, mandi cukup (ehm) 1 kali sehari, liburan di rumah oma sehingga membentuk rutinias baru dan pola makan baru, dan banyak lagi cuti dari kegiatan rutin.

Dampaknya ketika sudah tiba waktu masuk sekolah, mereka menolak untuk tidur di jam biasanya lalu malas bangun pagi, di sekolah ngantuk dan cranky, pulang sekolah saat mau buat PR tidak mau, lebih memilih menonton TV dan banyak lagi efeknya. Kebayang kan drama serta pusing dan stresnya saya menghadapi perubahan ini?

School_Girl

*Gambar dari sini

Anak-anak tidak berbeda seperti kita orang dewasa, kita pun juga akan melewati fase “kaget” saat mengubah rutinitas. Tidak usah liburan panjang sekolah, dari weekend menghadapi hari Senin saja rasanya badan sudah berat untuk bangun pagi. Bedanya kita sudah jauh lebih advance untuk bisa mengatasi mood, walaupun tanpa kita sadari mungkin setiap hari Senin kita juga sedikit moody, jutek atau kurang semangat.

Tapi tenang, anak-anak dan Anda masih tetap dapat menikmati kelonggaran saat liburan, kok! Risiko “drama” setelah liburan juga dapat berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali apabila Anda mencoba trik yang selalu saya selalu lakukan selama liburan. Works with my kids, hope it works with yours!

  • Hanya memberi kelonggaran tidur malam maksimal 1 jam lebih lama. Normalnya, anak-anak saya biasa tidur jam 8 malam saat tidak tidur siang, jam 9 malam apabila tidur siang. Dan saat liburan, waktu yang sama saya tetapkan namun lebih longgar 1 jam lebih lama (kecuali saat tidak tidur siang), anak-anak dapat tidur maksimal jam 10 malam. Tidak ada tawar menawar, jadi semua kegiatan liburan ya konsisten dilakukan pagi dan siang. Tidak ada judulnya nonton film mengambil jadwal malam, atau jalan-jalan dimulai baru sore hari. Kalaupun malam ada jadwal, jam 10 mereka tetap harus tidur. Anda tidak akan terlalu sulit untuk mengubahnya ke jadwal normal, karena “jetlag” tidak terlalu jauh perbedaan waktunya.
  • No snacks or treat before main meal. Godaan saat jalan-jalan ketika liburan pasti salah satunya adalah mencicipi makanan-makanan favorit atau yang unik. Boleh banget memberikan treats, tapi semua itu harus sesudah main meal (sarapan, makan siang dan makan malam) atau di antara makan siang dan malam. Dan pada setiap main meal sudah jelas saya memilih makanan yang bergizi tinggi (buah/sayur), jangan pernah menggantikan main meal dengan snacks dan treat. Hanya kentang goreng, roti cokelat atau kue tidak akan memenuhi gizi anak. Buat perjanjian dengan anak saat sudah makan sehat baru boleh pilih jajanan. Jadi saat mulai sampai akhir liburan, anak tahu pasti apabila makanan dia tetap sama dan memang yang harus dia makan ya makanan tersebut sebagai menu utama.
  • TV time is after activities time. Kalau liburan tidak ada rencana apa-apa selain di rumah saja, maka tetap berlakukan jam untuk anak-anak yang hampir sama dengan jam sekolah tapi menggantikan kegiatan sekolah dengan kegiatan di rumah. Misalnya, sehabis sarapan anak-anak harus beraktivitas di luar seperti bersepeda sehabis itu membersihkan sepeda atau membantu menyiram tanaman, dan sebagainya. Setelah makan siang anak-anak membaca buku atau art and craft baru boleh menonton TV atau main Ipad selama waktu yang ditentukan. Kalau bingung mau ngapain di rumah ikuti berbagai program liburan. Karena membiarkan mereka nonton TV seharian tidak membuatnya beraktivitas lain sama sekali, pasti akan berpengaruh pada jam tidur malam yang akan molor. Karena energinya tersimpan saat nonton TV dan baru aktif saat sore atau malam hari (Noo!).
  • Tell them it’s a holiday. Ingatkan pada si anak, kalau perlu setiap hari, bahwa hari ini hari libur, jadi jadwal mereka berbeda, nanti saat masuk sekolah tidak seperti ini. Ucapan ini akan melekat pada mereka dan pada saat menjelang masuk sekolah si anak sudah akan siap-siap menjalani rutinitas normalnya. Jangan baru semalam sebelum masuk sekolah mengucapkannya ya moms, karena anak-anak masih butuh “daily alarm”.
  • Learning by playing. Kita sudah pasti mengetahui apa saja yang dipelajari anak-anak selama ini, saat liburan sesekali masukan unsur edukasi yang pernah diajarkan di sekolah, sehingga mereka tidak merasa sekolah asing bagi mereka saat liburan berakhir, entah itu di kegiatan di rumah atau saat liburan ke luar. Contoh; yang terakhir anak saya pelajari di sekolah adalah mempelajari living and non-living things. Saya dan suami bertanya pada saat di taman mana yang termasuk living things dan mana yang non-living things, dan kenapa ia memilih itu. Mudah, kan?

Happy back to school kids!

 

The post Trik Mengurangi “Drama” Anak Saat Kembali ke Sekolah appeared first on Mommies Daily.

Pentingnya Hari Pertama Sekolah

$
0
0

Kegiatan mengantar anak sekolah di hari pertama tahun ajaran baru biasanya sudah menjadi kewajiban kita para orangtua. Ternyata, kegiatan yang kesannya sederhana dan ‘sepele’ itu memiliki banyak manfaat baik bagi si kecil maupun kita sebagai orangtua.

Sebelum Kemendikbud mengeluarkan anjuran atau campaign mengenai pentingnya mengantarkan anak ke sekolah di hari pertama masuk sekolah, saya yakin banyak dari kita para mommies yang sudah menerapkan hal itu. Iya nggak? Bagi saya sendiri, momen saat anak saya pertama kali masuk TK atau masuk SD menjadi momen yang penting, karena ibaratnya saya melepas mereka ke dunia baru yang belum mereka kenal.

Anggaplah saya lebay atau mungkin cengeng, tapi melihat si bayi mungil tahu-tahu sudah mengenakan seragam TK, hati saya mencelos. Kemudian, saat lulus TK dan masuk ke SD, melihatnya mengenakan seragam SD, kemudian masuk ke lingkungan sekolah yang jauuuuh lebih luas dari TK tempat mereka belajar dulu, lagi-lagi saya sedih. Time flies soooooo faaaaast. Jadi, salah satu cara membuat hati saya nggak galau-galau amat ya dengan mengantarkan mereka ke sekolah di hari pertama, menunggu sampai selesai dan sibuk membombardir mereka dengan pertanyaan mengenai pengalaman di hari pertama sekolah.

kid2 (1)

*Gambar dari sini

Dengan ikut serta di hari pertama, saya merasa lebih nyaman karena saya jadi tahu siapa guru kelasnya, bagaimana perilaku teman-temannya secara selintas dan bagaimana anak saya berinteraksi dengan teman maupun gurunya. Kadang saya berpikir, kayaknya saya deh sebagai orangtua yang lebih khawatir kalau si kecil kenapa-kenapa. Anaknya mah, terlihat lebih santai dibanding saya, hahaha.

Tahun ini, Djati, anak bungsu saya mulai memasuki dunia Sekolah Dasar. Hari pertamanya jatuh pada Rabu lusa, tanggal 29 Juli 2015. Dan mengantarkan dia ke sekolah sudah pasti ada di dalam jadwal saya untuk hari itu.

Sebelum libur Lebaran kemarin, saya bersama Hanzky berkesempatan ikut meeting dengan tim dari Kemendikbud. Dan ternyata, topik bahasannya seperti sudah saya bahas di atas adalah anjuran untuk para orangtua mengantarkan anak di hari pertama sekolah. Campaign dari Kemendikbud ini menarik karena mereka bertanya pada para pakar di bidang pendidikan dan juga psikolog.

Well, bisa dibilang sekolah ada Rumah Kedua bagi anak-anak kita. Anak-anak menghabiskan 1/3 waktunya dalam sehari dengan berada di sekolah. Ada wajah masa depan anak-anak kita di sekolah, jadi mengenal dengan lebih baik si Rumah Kedua tentu saja penting. Dari sekian banyak hari yang dihabiskan di sekolah, kenapa juga harus hari pertama? Kan bisa saja kita mengantarnya besok-besok.

Coba bayangkan, saat kita kecil dulu, memasuki dunia baru yang ramai dan belum familiar, pasti kita merasa percaya diri dan tenang kalau kita tahu ada yang mendukung kita kan? Sama halnya dengan anak-anak sekarang. Saya pernah bertanya sama Bagus dan Djati, apakah mereka senang diantar mama dan ayahnya saat pertama kali masuk sekolah? Jawaban mereka “Senang banget.  Aku jadi nggak bingung kalau ada mama sama ayah,”  jawab mereka dengan mata berbinar.  Akan berbeda ‘sensasi’ nya kalau mereka diantar setelah hari kesekian. Mengantar anak ke sekolah juga merupakan kesempatan untuk membangung hubungan positif antara lingkungan pendidikan di rumah dan sekolah. Mengantar bukan sekadar antar sampai gerbang sekolah kemudian dadah dadah pulang, tapi berarti menemani dan berinteraksi.

Jadi, apa sih yang bisa kita lakukan di hari pertama sekolah?

  • Ajak anak untuk menyapa teman-teman barunya
  • Melihat lingkungan sekolah bersama
  • Menyapa wali kelasnya
  • Berkenalan dengan ibu kantin atau bahkan bapak satpam
  • Jangan lupa berkenalan dengan orangtua murid yang lain

Saat semua pelaku pendidikan melakukan perannya, maka Rumah Kedua pun akan terasa menyenangkan.

Baik orangtua, guru, warga sekitar lingkungan sekolah hingga si kecil selaku murid pun bisa melakukan beberapa hal untuk membuat suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, lho!

Untuk orangtua bisa melakukan ini: Mengantar anak ke sekolah, berkenalan dengan wali kelas, kepala sekolah dan staff pembantu di sekolah, bertukar kontak dengan wali kelas serta sesama orangtua. Saya pribadi menyimpan nomor telepon pak Satpam di sekolah anak saya, untuk berjaga-jaga. Saya juga senang bercerita tentang karakter anak saya sehingga ini bisa menjadi ‘alat bantu’ untuk wali kelasnya mengajar anak-anak saya. Minimal, wali kelas jadi tahu sifat dan perilaku anak-anak saya.

Untuk guru bisa melakukan ini: Menyambut siswa dan orangtua, berkenalan dan bertukar kontak dengan orantua murid, menjelaskan program belajar untuk satu tahun kedepan, bertanya tentang karakter dan potensi anak, membangung komunikasi rutin dengan orangtua.

Si kecil sendiri sebagai murid bisa mengajak orangtua untuk berkeliling sekolah, dan rutin menceritakan kegiatan di sekolah setiap hari.

Jadi bagaimana pengalaman mommies di hari pertama si kecil bersekolah?

The post Pentingnya Hari Pertama Sekolah appeared first on Mommies Daily.

8 Langkah Memilih Sekolah

$
0
0

Sekolah ibarat rumah kedua bagi anak-anak (menurut saya). Makanya saat memilih sekolah untuk mereka, ada tahapan penyaringan yang saya dan suami lakukan.  Bagaimana caranya?

Selain memastikan bahwa anak-anak saya memang sudah siap untuk sekolah (cek di sini mom untuk tanda-tanda anak siap sekolah), saya juga memiliki standar penyaringan tersendiri ketika memilih sekolah. Sebenarnya, tips ini saya dapat saat melihat iklan dari preschool Learning Vision yang ada di luar negeri. Setelah dibaca-baca, kok benar juga ya.

Jadi, saya juga mau berbagi nih ke mommies, karena akhir tahun sudah mendekat dan biasanya sekolah mulai open house untuk tahun ajaran 2016.

SchoolChoice

*Gambar dari sini

  1. Tentukan tipe sekolah yang Anda dan si kecil mau

Misalnya, kalau untuk anak balita, apakah kita mau yang sekolahnya bergabung dengan Daycare, atau yang memiliki sistem belajar montessori. Atau ketika SD, apakah mau yang internasional, SD negeri atau National Plus.  Inilah mengapa akhirnya saya memilih Rumah Kepik sebaga sekolah pertama untuk kedua anak saya.

  1. Bikin kriteria

Apakah saya ingin sekolah yang dekat dengan rumah?  Hitungan uang pangkal dan bulanan yang masuk dengan bujet keluarga. Atau misalnya ketika anak-anak masuk SD, saya mencari sekolah yang tes masuknya nggak harus tentang membaca dan berhitung, tapi lebih ke sisi psikologisnya apakah anak dianggap siap masuk SD.

  1. Lakukan riset

Sebelum memasukkan anak ke sekolah tertentu, saya pasti akan browsing tentang sekolah itu. Pengalaman dari orangtua yang pernah menyekolahkan anaknya di situ, berita positif dan negatifnya.

  1. Lakukan kunjungan dan observasi

Beberapa hal yang akan saya screening begitu masuk ke area sekolah tersebut adalah, lingkungan sekolah aman atau enggak. Kondisi toilet dan jajanan apa yang disediakan di kantin sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Begitu juga dengan kondisi kelas dan area pendukungnya, apakah mengikuti perkembangan zaman atau sistem pendidikan masa kini?

  1. Bertemu dengan guru dan kepala sekolah

Hal ini penting dilakukan agar saya tahu apa rencana kurikulum ke depannya. Bagaimana pihak sekolah akan bertindak ketika ada kasus-kasus tertentu yang menimpa anak. Bagaimana standar para guru di sana.

  1. Berkunjung sekali lagi dengan mengajak si anak

Pada kunjungan bersama anak biasanya saya mengajak anak untuk berkeliling dan melihat-lihat. Bagaimana reaksinya terhadap lingkungan sekolah. Dan saya akan mengenalkan mereka ke guru dan melihat bagaimana interaksi guru dengan calon muridnya.

  1. Observasi anak murid yang ada di sana

Apakah mereka nampak senang? Apakah mereka terlihat kompak dan saling menghargai satu sama lain? Paling enak datang saat jam pulang sekolah dan mendengar mereka ngobrol. Nggak jarang dari sini saya  bisa tahu apakah sekolah ini cukup mengajarkan respek dan sopan santun.

  1. Trust your judgement

We know our children best. Jadi percaya dengan naluri Anda saja setelah melakukan 7 tahapan sebelumnya. Dan, jangan lupa dengarkan pendapat anak Anda.

After that….. choosing a suitable school can be easy as ABC.

 

 

The post 8 Langkah Memilih Sekolah appeared first on Mommies Daily.

Anak Ikut Ekskul? Perhatikan Ini Demi Keselamatannya

$
0
0

Keselamatan anak di luar rumah menjadi tantangan tersendiri untuk orangtua saat ini. Ada tanggung jawab yang harus saya lakukan sebelum memberi lampu hijau ketika anak ingin beraktivitas di luar rumah atau jam sekolah.

Riska pernah bercerita mengenai kekhawatirannya sebagai ibu saat harus kembali bekerja, dan jujur saya setuju banget dengan semua poin yang dia tuliskan. Salah satu concern utama saya adalah faktor keselamatan anak-anak ketika saya sedang tidak berada di dekat mereka saat saya bekerja.

Waktu anak-anak masih kecil, urusan keselamatan paling ‘hanya’ memastikan rumah aman untuk anak-anak, memastikan mereka dipegang oleh tangan yang tepat ketika saya bekerja, memastikan asupan makanan dibuat sesuai dengan arahan si buku resep yang katanya bergizi. Kekhawatiran semakin bertambah saat anak-anak semakin besar, masuk sekolah dan mulai banyak kegiatan di luar sekolah alias ekstrakurikuler.

IMG_1492

Jadi, saat masuk SD, kedua anak saya mulai semangat mengikuti berbagai macam kegiatan di luar sekolah. Mulai dari les bahasa Inggris, Robotic, Aikido, Taekwondo, berenang sampai les musik. Di luar urusan bayar-membayar yang nggak terlalu saya sukai, ada printilan lain yang biasanya selalu saya lakukan sebelum memberi lampu hijau untuk mereka mengikuti kegiatan di luar sekolah. Printilan untuk menjamin keamanan anak-anak ketika mengikuti kegiatan tersebut.

  1. Lihat waktunya

Penting melihat jam berapa kegiatan tersebut dilakukan. Dari sini saya jadi tahu kira-kira akan ada siapa di sekolah. Apakah sudah terlalu sepi, terlalu malam atau terlalu pagi.

  1. Siapa yang mendampingi atau mengajar

Saya harus memastikan kualitas guru pendamping atau pengajar yang akan mengajar anak-anak saya. Apakah memang bisa dipercaya. Saat anak-anak ikut Robotic di sekolah, saya cek siapa yang mengajar mereka. Ternyata tim dari Robotic langsung. Kalau begini kan, saya jadi yakin dengan kualitas gurunya.

  1. Berapa perbandingan antara jumlah pelatih dan murid

Waktu itu anak saya ingin ikut ekskul Biola. Ternyata ketika saya cek, yang melatih biola hanya satu dan yang ikut seluruh kelas 1 hingga kelas 6. Dan di jam yang sama. Kebayang nggak akan seriweh apa dan berani taruhan kalau murid pun juga akan sulit berkonsentrasi dan sulit menyerap ilmu yang diajarkan. Guru pun jadi nggak bisa fokus mengajar karena terlalu banyak murid yang harus diperhatikan. Apalagi kalau kegiatannya yang cukup riskan faktor keselamatannya, seperti berenang.

  1. Perhatikan gaya mengajar dan berkenalan dengan pelatihnya

Yang ini memang cukup menyita waktu sih, karena berarti saya harus meluangkan waktu melihat ketika kegiatan ini berlangsung, bahkan sebelum anak saya ikut. Karena dengan melihat gaya si guru mengajar, saya jadi  bisa menilai apakah memang anak saya akan happy ikut ekskul ini. Buat apa mereka ikut kalau ternyata malah stress karena gurunya super galak. Saya juga biasanya suka sok kenal sok dekat dengan calon gurunya. Biasanya dari ngobrol-ngobrol ini bisa kelihatan tuh, si guru beneran pintar atau enggak, hehehe.

  1. Titip sesama mommies

Nah, ini pentingnya mengenal sesama orangtua dari kelas yang sama dengan anak kita. Dan saya berterimakasih dengan hadirnya grup whatsapp yang memudahkan komunikasi antara orangtua semudah menjentikkan jari (kecuali kalau sambungan internet lagi dodol :p). Balik lagi dengan problem saya sebagai ibu bekerja yang nggak bisa selalu mendampingi anak-anak, hal paling mudah adalah meminta bantuan kepada sesama ibu yang anaknya juga ikutan kegiatan yang sama dengan anak saya. Terimakasih bangetlah saya pada ibu-ibu jagoan ini yang senantiasa menemani anak-anaknya dan masih mau menerima permintaan bantuan dari saya, hiks.

Jadi, siap melepas anak untuk mengikuti banyak ekskul mommies?

 

 

The post Anak Ikut Ekskul? Perhatikan Ini Demi Keselamatannya appeared first on Mommies Daily.

Cari Tahu Biaya Masuk Sekolah Dasar Saat Ini

$
0
0

Hai Mommies, siapa yang lagi hunting sekolah dasar untuk si kecil? Penasaran dengan kalkulasi biaya yang perlu dikeluarkan? Tim Mommies Daily mengumpulkannya untuk Anda.

Di tahun 2011 dan juga di bulan oktober, Hanzky pernah membuat tulisan mengenai perhitungan biaya masuk Sekolah Dasar. Dan tahun ini, kami kembali membuatnya untuk para mommies. Kenapa sih harus di bulan Oktober? Biasanya karena di bulan-bulan ini banyak sekolah sudah mulai mengadakan open house dan penerimaan murid baru. Nah, saat open house bisa menjadi momen tepat untuk Anda mencari tahu segala hal yang ingin Anda ketahui tentang calon sekolah si kecil. Karena bagaimana pun datang di saat open house merupakan salah satu langkah yang perlu dilakukan saat memilih sekolah.

Biaya sekolah dasar

*Gambar dari sini

Jakarta Selatan

Nama Sekolah Uang Pangkal SPP No Telp
SD Citra Buana Rp 14.000.000 Rp 4.900.000 021-7820088
Highscope TB Simatupang Rp 54.500.000 Rp 4.500.000 021-75917888
Cikal Rp 86.800.000 Rp 4.800.000 021-75917888
Gemala Ananda Rp 33.000.000 Rp 1 .050.000 021-75908596
Al Azhar 4 Kebayoran Lama Rp 17 .000.000 Rp 850.000 021-7254879

 

Jakarta Pusat

Nama Sekolah Uang Pangkal SPP No Telp
SDS Bunda Mulia Rp 14.000.000 Rp 1.210.000 021-6329005
SDS Universal School Rp 29.500.00 Termasuk dalam uang pangkal setahun 021-6542654
SD Kristen 3 Penabur Rp 8.000.000 Rp 1.120.000 021-4214824
SD Perguruan Cikini Rp 10.500.000 Rp 675.000 021-75908596
SD Sr Rahman Motik Rp22.000.000 Rp 785.000 021-52921943

Selanjutnya: Jakarta Barat dan Jakarta Timur

The post Cari Tahu Biaya Masuk Sekolah Dasar Saat Ini appeared first on Mommies Daily.

Viewing all 397 articles
Browse latest View live